27 Feb 2012

SILENT

Sebaris kata-katamu yang kini penuhi alam fikirku
Apakah bagimu aku adalah 'diam'?
Diantara pilihan-pilihan itu, justru diam yang ku pilih
Tapi kediaman ini bukan pilihan yang mudah
Sejujurnya akupun tak ingin terus berdiam
Hanya saja terlalu besar resiko yang hadir bersama pilihan lain
Ku sebut ini 'pengecut'.
Apa lagi yang sanggup ku lakukan?
Terlalu lelah untuk terluka
Aku egois hanya berfikir dari sisiku
Terlalu munafik bila berkata ku tak mengharapkan hadirmu
Dan aku tahu, tak mungkin kau hadir di hadapku hanya dengan kediamanku
Kau tak perlu menyesal untuk tak menyadari cintaku
Bahwa sesungguhnya aku sendiri tak menyadari apakah aku mencintaimu
Bagaimana mungkin kau mengartikan diam adalah cinta?
Disaat aku justru terdiam karena tak sanggup mengungkap cinta
Akankah keadaan akan berubah jika aku tak lagi diam?
Adakah kau akan memandangku ketika ku pandang matamu?
Mengapa aku yang harus berubah?
Mengapa kau menanggapi kediamku dengan diam?
Mengapa tak kau saja yang membawa pergi diam?
Apakah diammu memiliki arti yang sama dengan diamku?
Terlalu banyak 'mengapa' dan 'apakah' berserakan dalam hati

Suatu hari, saat ego bukan lagi sesuatu yang berharga untuk dipertahankan
Saat hati mulai menumpahkan segala yang ia endapkan
Saat logika dan nurani menyatu menjadi segaris horison
Dan kita berada diantaranya
Ku pastikan serpihan 'mengapa' dan 'apakah' itu akan menjadi cerita indah untuk ditulis
Yang akan didispersikan menjadi ending yang dapat menyatukan kita.