15 Des 2011

masa SMA = masa indah?

Apa yang membuat masa SMA terasa seperti masa2 yg indah adalah karena kita menjalani masa SMA dengan sukacita.
Bayangkan bila kita memandang SMA sebagai masa penjarahan waktu luang, masa pendoktrinan teori2 eksak dan sosial, masa pertemuan dengan alien2 yang memaksa kita mengingat dan memahami segala bentuk ke-abstrakan yang mereka ajarkan, SMA tak akan menjadi sesuatu yang indah. Tapi bayangkan bahwa ilmu2 itu adalah sebuah bijih emas yang bila kita kumpulkan dan kita sepuh dengan cermat dapat menjadi sebuah perhiasan bernilai tinggi. Bayangkan pula kita dapat mengenal wajah2 baru, karakter2 yang unik dan pemikiran2 yang unexpected. Dan apalagi beberapa diantara mereka dapat menjadi teman seperjalanan yang terkadang dapat menghibur kita.
Terkadang hal2 yang tidak kita sadarilah yang justru melekat dalam hidup kita. Seperti berteman. Sekilas mungkin teman bukanlah orang yang special. kita hanya berpikir “yah, dia orang yang ada di sebelah gue. Dia juga berseragam seperti gue, menuntut ilmu sama kayak gue” dan hal-hal ordinary seperti itu. Tapi pernah kah suatu ketika, lo ngrasa “eh, kemana sih temen gue yang satu itu?” dan itu pasti bakalan terjadi saat kita lulus dan jarang ketemu mereka2 yang tiap hari ada di sisi kita.
Pernahkah juga lo kangen berselisih dengan temen lo? Saat lo tiba2 dijahilin temen lo, pada keadaan normal mungkin lo bakal donkol dan tengsin. Tapi justru kejahilan dan keusilan itulah yang kita kangenin di hari esok disaat rok tak lagi abu2, celana tak lagi abu2, dan yearbook telah mulai mengusang. Dan apa yang dapat kita lakukan ketika waktu itu datang? Mengenang. SMS temen2 tanya kabar. atau ngebet pengen reunian.
intinya. bahagia atau tidaknya masa SMA kita tergantung kita menyikapi segalanya.

merelakan


 Merelakan sesuatu tak pernah semudah mengawinkan Tom Cruise dengan Sumire. Gue gak tau siapa sumire, yang jelas mengawinkan mereka berdua pasti lebih mudah dari pada merelakan sesuatu. Dalam hal ini seseorang.

Disini, gue mencoba melepas Aga. Dengan alasan dan pembuktian yang udah gue paparkan sebelumnya. Saking gak bisanya gue melupakan dia, gue membuat “Program Gerakan Mencoba Melupakan Aga Sedikit Demi Sedikit “ yang demi etika blogging gue sebut PGMMASDS. Dimana pada program ini, selama 3 hari gue melakukan puasa ngomongin tentang Aga, puasa buka status2 Aga, dan sesedikit mungkin bertatap muka dengan Aga.

Pada pagi pertama PGMMASDS, semuanya berjalan lancar, tapi dimana pagi belum bener2 hilang, tepatnya saat upacara bendera, Aga muncul di hadapan gue. Sengaja atau enggak, dia nyenggol bahu gue. Pada keadaan normal mungkin gue bakalan lonjak2, teriak2, kejang2, ngrobohin tiang bendera bahkan naik ke atas podium dan mengambil mic untuk teriak lewat speaker. Tapi saat ini gue sedang menjalani PGMMASDS, dan gue hanya stay cool aja di tempat gue berdiri.

Seusai pelajaran jam ke-4, gue ke kantin sekolah. Yah, Aga berada di tempat yang sama. Memakan sesuatu di atas piring dengan lahap dan menyedot cairan berwarna coklat dari benda bening. Bahkan saat rakus makan, dia masih terlihat cool. Maunya gue berlama2 aja di kantin sambil menyaksikan makhluk cakep dengan biadap memangsa nasi. Tapi gue teringat PGMMASDS gue. Akhirnya gue kembali ke kelas.

Di sana, temen2 gue pada ribet mengurus administrasi buat ujian yang udah deket. Gue jadi inget, tadi kan gue juga berniat mau ngurus admin. A.k.a bayar uang SPP. Lalu berangkatlah gue ke TU sekolah.

Dan kalian tahu saudara2, gue ketemu Aga lagi di ruang TU. Gue jadi bertanya2. Jangan2 dia telah menyatakan setuju untuk menjadi kelinci percobaan kloning manusia. Dan hasil kloningnya di biarkan berkeliaran di kota Jombang.
Diantara kerumunan siswa2 yang antre bayar SPP, gue ngerasa Aga agak curi2 pandang gitu. (gila Iu, GeeR banget lo!). sekali lagi gue teringat PGMMASDS. Sungguh waktu yang tidak tepat. Dan gue rasa waktu kita emang selalu salah.

Kemudian kejadian2 seperti itu mendominasi 3 hari PGMMASDS gue. Dan di hari ke-4 dimana gue udah tidak menjalani PGMMASDS, gue gak ketemu dia sama sekali. Dan saat gue buka jaringan sosialnya, dia jarang banget online. Apa2an ini? Jangan2 kehadirannya hanya untuk menguji PGMMASDS gue? Atau jangan2 gue harus PGMMASDS terus aja agar bisa ketemu Aga terus? Tapi kalau begitu bukan “berusaha melupakan” lagi namanya tapi “berusaha mendekati dengan kedok berusaha melupakan” dan itu berlawanan dari tujuan utama gue dan undang2 percintaan bahwa tidak boleh mendekati seseorang yang udah punya cewek.

Ngomong-ngomong soal cewek, kemana si C ya? Gue gak pernah jumpa. Jangan2 Aga telah bicara pada si C bahwa Aga tak lagi cinta dia tapi telah jatuh cinta sama gue (gila, ngarep banget).

Tapi penemuan di situs sosial telah membengkokkan teori ababil gue. Dan justru kebalikannya, Aga sepertinya masih cinta sama si C tapi si C nya yang udah terlanjur  menjauh dan Aga masih berusaha memenangkan kembali hatinya.

Dan gue Cuma bisa bilang “Aga, hwaiting! Maju terus.” ( sambil nangis darah).

4 Des 2011

Try To Let You Go

“Eh, tadi gue liat Aga barengan sama si C tuh!” Kata temen gue pada suatu pagi yang biasa2 aja. Oh ya? Bagus deh
“Oh, mantannya itu?” Tanya gue.
“Ya, lo gak cemburu?”
“Gak (Insya Allah), 100% hak dia buat milih mau jalan sama siapa”
Diem lama, temen gue mandangin mata gue, gue yakin ada yang salah dengan tatapan gue. Tapi suer, gue baik-baik aja.
“Gue yakin disini lo bilang gapapa, tapi hati lo gak bilang gitu” kata temen gue lagi.
Oke, gue emang kecewa, tapi gue merasa mungkin inilah cara Tuhan kasih jalan buat masalah gue yang gak kelar-kelar selama 2 tahun ini. Lagian gue bisa apa? Bilang sama Aga buat jangan balikan sama mantannya? Nglabrak si C biar gag jadi balikan sama Aga? Lapor sama pak presiden untuk meng-ilegalkan hubungan mereka?
“Lo yakin gak sakit ati?” temen gue masih gak trima atas ekspresi gue
“Yah, gue pikir ntar2 aja” gue berharap reaksi gue kali ini bener2 nunjukuin sama temen gue kalo gue bener2 cuek.

Gue jadi merasa bertanggungjawab buat mikirin kejadian itu. Jadi, malam itu juga, gue pikirin. Dan haslnya, efek positif dari berita itu adalah, 1. gue punya alasan kuat untuk mulai nglupain dia. 2. Gue memenuhi janji gue (pada diri sendiri) untuk melepasnya pergi asal dia bersama seseorang yang ia cinta. 3. Gue bisa mulai nglirik cowok lain (meski gue gak yakin gue masih sanggup). Dan sisi negatifnya adalah, gue sakit ati, hati gue sakit, rasanya pengen nangis, gak pengen makan, gak pengen ketemu wajahnya lagi (gak mungkin, kita kan satu sekolah), kalau perlu gak pengen sekolah, dan gak pengen hidup. Oke, mungkin itu berlabihan. Dan bukannya kita harus mengambil sisi positif setiap peristiwa? (walupun hanya ada satu efek positif dan seribu efek negatif)

Gue jadi mikir apa yang selama ini gue udah lakukan yang mungkin membuat gue gak rela melepasnya. Dan gak ada, gue gak merasa udah melakukan perjuangan apapun. Cinta gue tumbuh waktu gue ngliat dia. Gitu aja. Kalau dia senyum balik ke gue, gue girang. Dia nyapa gue, gue girang. Dia natap gue, gue girang. Dia jalan gue girang. Dia jongkok gue girang. Dia kedip juga gue girang. What the hell? Gue kenapa sih? Belum pernah rasanya gue segila ini ngadepin cowok. Apalagi cowok yang gak kenal sama gue.
Bagi kalian yang berada pada posisi gue, gue saranin bunuh diri aja. Atau kalau kalian masih sayang sama nyawa kalian, bunuh cowoknya aja. Gue tau, sakitkan? Itulah arti pengorbanan.
Tapi dalam kasus ini gue gak mungkin bunuh Aga. Ntar kalau emaknya tiba2 nyariin buat disuruh beli beras gimana?

Keesokannya, gue papasan sama si C. Di pagi dimana gue berusaha menumbuhkan semangat jombloisme, gue justru teringat pikiran gue semalem. Dada gue sesak lagi. Dia senyum sama gue (hello, apakah kita saling mengenal?). Oke dia cukup manis. Oke dia cantik. Sialan, dia juga lemah lembut. Beda banget sama gue. Tiba2 buku yang dia pegang jatuh. Berhubung gue ada deket situ, okelah gue ambilin tuh buku yang jatuh lalu gue serahin ke dia seakan sambil nyerahin gue bilang “dengan ini, saya serahkan Aga di tangan anda. Hal2 mengenai pemindahan kepemilikin dan lain2 dapat diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat2nya.” Tapi jangankan ngomong gitu, ngomong “Eh, kamu kenal Aga ya?” aja gue gak punya cukup nyali. Akhirnya gue berlalu dengan ucapan terima kasih darinya.




Now, Aga. Karena lo udah nemu cewek yang lo sayang, gue Cuma bisa bilang “selamat, dan jangan sampai sakit hati lagi” karena jika lo sakit hati lagi, gue yakin hati gue pasti lebih hancur.